LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR HUTAN ALAM - PENGUKURAN KANOPI, BIODIVERSITAS, DAN NEKROMAS





BAB I

PENDAHULUAN

Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yangmempengaruhi keotentikan data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpulkan.
Tingkat tutupan kanopi sangat mempengaruhi besarnya tingkat limpasan erosi pada tanah. Semakinlebat tutupan kanopi vegetasi akan semakin kecil pula terjadi limpasan permukaan atau erosi. Hal ini terjadi karena sebuah lahan yang memiliki tutupan kanopi lebat akan menghambat air hujan langsung menyentuh tanah melainkan jatuh ke kanopi terlebih dahulu.
Keberadaan seresah ataupun seresah di permukaan tanah pun juga sangat penting untuk menjaga ekosistem ssuatu lahan. Hal ini terjadi karena dengan adanya seresah dapat mencegah terjadinya erosi. Disamping itu seresah tersebut juga berfungsi untuk mengembalikan unsure hara pada tanah.
Kehilangan tanah akibat terbawa aliran hujan dapat mengakibatkan berkurangnya unsur hara. Keberadaan kanopu yang rapat, serta biodeversitas dan nekromas yang tinggi dapat meminimalisir terjadinya kehilangan tanah. Oleh karna itu perlu adanya pemahaman dan pengaplikasian mengenai pengukuran agar tercapainya hutan yang lestari
Kegiatan pengukuran kanopi, biodiversitas, dan nekromas sangat penting dilakukan untuk mendapatkan data yang valid. Data tersebut nantinya dapat digunakan untuk kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan. Diharapkan pula ilmu kehutanan dapat semakin berkembang.



Tujuan praktikum ini adalah
1.      Mahasiswa dapat mengukur luasan kanopi dalam 1 basal area.
2.      Mahasiswa mampu menghitung jumlah biodiversitas dan ketebalan seresah.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu (Leveque dan Mounolou, 2003). Keanekaragaman biologi sering disebut sebagai biological diversity  atau biodiversitas. Biodiversitas adalah variasi dari suatu eksistem, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup. Biodiversitas pada dasrnya menyangkut biodiversitas pada perentase ekosistem spesies, dan variasi intraspesifik (Ulfiyah dkk,1995)
Diversitas spesies pohon yang tinggi memberi masukan serasah yang beragam. Selain itu, diversitas yang tinggi menunjukkan bahwa suatu ekosistem memiliki tingkat stabilitas ekologis yang tinggi pula. Stabilitas ekologis ini sangat penting untuk kesehatan ekosistem di dalam hutan karena hal ini mampu mengindikasikan bahwa semua proses aliran energi dan interaksi organisme secara alami sedang berfungsi dengan baik ( Siarudin, 2008)
Menurut Korhonen (2006), penutupan kanopi di lapangan dapat ditentukan melalui pengukuran langsung dengan menggunakan alat pengukur (densitometer, Cajanus tube), fotografi dan estimasi oskular. Teknik pengambilan sampelnya dapat secara plot (point sampling) maupun transek (line intercept sampling). Karena konsep tutupan kanopi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tutupan kanopi efektif, maka teknik yang dapt digunakan adalah fotografi standar dengan sudut pandang (angle of view).
Tinggi pohon terkadang dijadikan parameter dalam estimasi biomassa bersama dengan diameter batang. Pengukuran tinggi pohon cukup mudah apabila dilakukan dengn berada di area terbuka dengan tegakan yang jarang seperti di daerah savanna atau hutan kering lainnya. Sebaliknya, pengukuran tinggi pohon sulit dilakukan pada hutan dengan tegakan rapat. Pengukuran tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan hagameter atau klinometer (Sutaryo, 2009)

METODOLOGI KERJA


Praktikum ini dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal
: Kamis / 16 Maret 2017
Waktu
: 10.20 – 11.50 WIB
Tempat 
: Laboratorium Kehutanan, Universitas Muhammadiyah Malang                                      

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Alat :


·         4 buah meteran
·         4 buah frame berukuran 50 x 50 cm
·         4 buah penggaris
                ·          Plastik ukuran 1 kg 4 pack dan 4 karet gelang
                ·         Sepidol besar marker 4 buah
                ·         Timbangan tepung


Bahan :
·         Hutan Alam

Cara kerja dalam praktikum ini meliputi:
1.      Membagi mahasiswa ke dalam 4 kelompok kecil
2.      Membersihkan alat dan bahan merata pada setiap kelompok
3.      Menentukan lokasi yang berbeda antara kelompok satu dengan lainnya
4.      Melakukan pengamatan dan penghitungan yang terdiri dari tiga tahap
a.       Mengukur kanopi pohon
b.      Mengukur biodiversitas pohon
c.       Mengukur ketebalan sarasah
5.      Melakukan pengukuran kanopi pohon dengan cara menentukan keluasan pengamatan pohon yang akan dihitung kanopinya mengukur panjang sisi kanan, kiri, depan dan belakang dari pusat pohon, setelah mendapatkan data panjang menghitung biodiversitas dengan menggunakan rumus U. r2 atau ¼ U. d2  Kemudian menjumlahkan semua luasan pohon dalam satu luasan
6.      Tahap kedua yaitu menghitung biodiversitas dengan cara menghitung jumlah pohon yang sama serta mencatat nama-nama pohon dan mengukur lingkar batang dalam suatu luasan
 
Gambar teknik pengukuran lingkar lilit batang pohon untuk memperoleh data dbh.

7.      Tahap ketiga yaitu dengan mengukur ketebalan serasah dengan cara melakukan meletakkan frame yang berukuran 50 kali 50 cm pada lokasi pengamatan. Pada luasan tersebut menyebar frame sebanyak 10 frame secara acak. Menghitung ketebalan nya dengan menekan sarasah dengan tangan dalam frame kemudian mengukur dengan penggaris. Melakukan pengukuran 10 kali untuk setiap frame pada posisi tekanan tangan yang berbeda-beda sehingga akan muncul data sebanyak 100. Setelah itu, menghitung pula jumlah biomassa dalam satu frame kemudian mengkonversi dalam suatu luasan. Mengambil biomassa dalam frame lalu memisahkan antara batang dan ranting, daun utuh, hancuran halus, hancuran kasar, dan under story. Memasukkan serasah biomassa dalam plastik dengan memberi kode. Kemudian membawa ke laboratorium untuk menghitung berat kering ovennya



BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar Letak Pohon
Tabel Pengukuran Kanopi
No.
Nama Pohon
R1
R2
R3
R4
Rata-rata
LBDS Kanopi
1
Pasang Merah
4,8
5
7
11
6,95
151,75
2
Pasang Merah
5
5
7
5
5,50
95,03
3
Pasang Merah
3
3,5
3,5
4
3,50
38,48
4
Tinggan
5
0
6
8
4,70
174,36
5
Pasang Merah
5,5
10
10
8
8,37
220,09
6
Pasang Putih
10
9
7
8
15,50
754,76

Tabel Pengukuran Biodiversitas
No.
Nama Pohon
D
T
LBDS
Volume
BB (Kg)
Biomassa
1
Pasang Merah
0,64
22
0,32
7,13
0,2
14,16
2
Pasang Merah
0,41
18
0,13
2,41
0,3
5,10
3
Pasang Merah
0,20
11
0,03
0,36
0,3
0,99
4
Tinggan
0,30
11
0,07
0,80
0,3
4,09
5
Pasang Merah
0,25
20
0,02
0,24
0,7
0,01
6
Pasang Merah
0,61
23
0,29
0,81
0,6
1,22


Penghitungan Biomassa





Tabel Pengukuran Tumbuhan Bawah
No.
BB Sampel (gr)
BK Sampel (gr)
BK Sampel (Im3)
Biomassa (gr)
1
7,6
0,48
1,92
1,92
2
40
3,58
14,32
14,32
3
24
3,13
12,52
12,52
4
18,6
2,21
8,84
8,84
5
29,92
2,64
10,56
10,56
6
39,26
5,60
22,4
22,4
Total
150,38
17,64
70,56
70,56 (0,07Kg)

Tabel Pengukuran Nekromassa
No.
BB Sampel (gr)
BK Sampel (gr)
BK Sampel (Im3)
Biomassa (gr)
1
0,2
60
240
240
2
0,3
120
480
480
3
0,3
70
280
280
4
0,3
130
520
520
5
0,7
50
200
200
6
0,6
70
280
280
Total
2,4
500
2000
2000 (2 Kg)
  

Praktikum ini dilaksanakan di hutan alam TAHURA R. Suryo Cangar, Batu. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kanopi biodiversitas dan nekromas yang ada di hutan tersebut. Pada pengukuran ekonomi ditemukan 6 pohon pada peta yang berukuran 5 kali 40 meter. Pengukuran kanopi dilakukan dengan mengatur lebar kanopi dengan 4 arah mata angin dan pusatnya adalah batang utama. Kemudian hasilnya di jumlah dan di rata-rata. Kanopi berbanding lurus dengan perakaran tanaman. Semakin besar atau semakin luas kanopi Maka perakaran Tanaman pun juga semakin luas. Maka secara tidak langsung canopy dapat dijadikan tolok ukur kemampuan penyimpanan air pada rongga rongga akar.
Tahap kedua adalah menghitung biodiversitas pohon. Pohon yang telah diukur kanopinya selanjutnya diukur pula diameter batang dan tingginya. Pengukuran diameter dilakukan setinggi dada yaitu 1,3 meter. Hasilnya dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan. Semakin tinggi tingkat biodiversitas pohon maka menunjukkan semakin stabilnya ekologi yang ada pada lokasi tersebut.
Tahap ketiga adalah mengukur biomassa berupa seresah dan ranting-ranting yang berada di bawah tegakan. Penentuannya dilakukan dengan acak. Penghitungan ini digunakan untuk mengetahui kandungan karbon dalam suatu lokasi.  Semakin tinggi biomassanya maka semakin banyak pula zat dengan karbon yang tersimpan dan akan digunakan kembali untuk kebutuhan tanaman.
Total biomassa setiap pohon didapatkan dengan pengukuran di lapangan dan penggunaan rumus untuk analisa data yang telah tersedia pada data pengamatan. Total biomassa sebesar 27,604 kg dari pohon, tumbuhan bawah, dan nekromassa. Pengukuran biomassa suatu pohon atau hutan sangat penting dalam kegiatan pengelolaan hutan lestari. Karena hutan dianggap sebagai sumber dari karbon serta memberi manfaat jasa lingkungan.



BAB V

PENUTUP

Kesimpulan dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1.      Biodiversitas yang tinggi maka tingkat stabilitas ekologi juga baik;
2.      Pengukuran kanopi pohon dilakukan dengan mengukur jari-jari kanopi ;
3.      semakin lebar kanopi mengindikasikan semakin luas pula perakaran tanaman;
4.      serasah yang jatuh di tanah menyimpan cadangan karbon yang berguna untuk tanah dan tanaman ;
5.      hutan Cangar memiliki tingkat diversitas yang baik;
6.      total biomassa yang dihasilkan dari pohon yang diamati sebesar 27,64 kg.

Adapun saran cara pelaksanaan praktikum ini adalah sebaiknya alat yang digunakan dalam pengukuran diperbarui dan lebih di efisienkan untuk mempercepat kegiatan.



DAFTAR PUSTAKA


Korhonen, L., Korhonen, K, T., Rautianien, M., dan Stenberg, P. 2006. Estimation of Forest Canopy Cover : a Comparison of Field Measurement Techniques. Silva Fennica 40 (4), 577 – 588
Leveque, C. & J. Mounolou. (2003) Biodiversity. New York: John Wiley Ludwiq, J.A., and J. F. Reynolds. 1988. Statistical Ecoloqy a Primer on Methods and Computing. New York: John Wiley & Sons
Siaruddin, M dan Rachman, E. 2008. Biomassa Lantai Hutan dan Jatuhan Serasah di Kawasan Mangrove Blanakan Subang. Jawa Barat.
Sutaryo, D, 2009. Penghitungan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Progamme. Bogor
Ulfiyah A. Rajamuddin1, Syamsul A. Siradz, Bostang Radjagukguk. 2006. Karakteristik Kimiawi Dan Mineralogi Tanah Pada Beberapa Ekosistem Bentang Lahan Karst Di Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (1) (2006) p: 1-12

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM INVENTARISASI TEGAKAN SEBELUM PENEBANGAN (ITSP)

CONTOH SUSUNAN ACARA KULIAH TAMU

Chord Fisip Meraung - Mbokku