MAKALAH PRODUKSI TANAMAN TENTANG EKOSISTEM TERUMBU KARANG
TENTANG
EKOSISTEM TERUMBU KARANG
Disusun Oleh :
Zainal Abidin (201410320311045)
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
1
KATA
PENGANTAR
2
BAB
I PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
3
1.2
Manfaat Dan Tujuan
4
BAB
II PEMBAHASAN
4
2.1 Pengertian
Ekosistem
5
2.2
Terumbu Karang
5
2.2.1 Pengertian Terumbu
Karang
6
2.2.2 Wilayah Sebaran Terumbu Karang
7
2.2.3 Fungsi Terumbu
Karang
7
2.2.4
Manfaat Terumbu Karang
9
2.2.5 Tipe-Tipe Terumbu
Karang
10
2.2.6
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem Terumbu Karang
11
2.2.7 Penghuni Terumbu
Karang
12
2.2.8
Faktor-Faktor Yang Merusak Terumbu Karang
14
2.2.9 Cara Melestarikan
Terumbu Karang
16
BAB
III PENUTUP
17
3.1 Kesimpulan
17
3.2 Saran
17
DAFTAR
PUSTAKA
18
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan pada
Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Produksi Tananman yang berjudul “Ekosistem Terumbu
Karang” dalam waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini berjudul “Ekosistem Terumbu Karang” berisi tentang
manfaat terumbu karang, dampak kerusakan dari terumbu karang. Lalu cara
pengendalian kerusakan terumbu karang.
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Produksi Tanaman serta sebagai bahan bacaan bagi pembaca sekalian.
Selama proses penyelesaian proses karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Nirmala sebagai dosen
pembimbing penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya.
2. Orang tua yang telah mendukung dan memberi
masukan kepadapenulis pada saat menyelesaikan tugas karya tulis
ilmiah ini.
3. Teman-teman kehutanan IV A, anak
mami adventure dan semua pihak yang telah membantu, member saran, dan
kritikkan dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak.
Semoga makalah ini dapat
berguna untuk mengetahui tentang terumbu karang dan memperluas wawasan tentang
terumbu karang bagi pembaca. Amin.
Malang, 31 Mei 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara
kepulauan terbesar dan secara geografis terletak di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia, keanekaragaman hayati laut Indonesia tak tehitung jumlahnya. Terumbu karang Indonesia sangat
beraneka ragam dan memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga
keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan kestabilan ekosistem laut. Oleh
karena itu harus dilindungi dan dikembangkan secara terus menerus baik untuk
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Terumbu karang sangat
mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan sekitarnya baik secara fisik juga
biologis. Akibat kombinasi dampak negatif langsung dan tidak langsung pada
terumbu karang Indonesia, sebagian besar terumbu karang di wilayah Indonesia
saat ini sudah mengalami kerusakan yang sangat parah.
Keberadaan
terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat
fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat
perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang pada
dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi dan karena aktivitas manusia.
Terumbu karang memiliki fungsi biologi fisik yang penting dalam zona psisir
tropis. Terumbu karang memproteksi garis batas pesisir dari sebuah pulau dan
benua dari ombak samudra, terumbu karang juga memberikan kesempatan bagi
perkembangan basin sedimen dangkal dan mangrove yang terkait, serta komunitas
lamun. Sebagai hasil dari tingkat produktivitasnya yang tinggi, terumbu karang
telah menjadi basis dari penghidupan, keamanan, dan budaya masyarakat pesisir
serta komunitas laut pada wilayah tropis.
Terumbu karang
juga merupakan salah satu sumber daya ikan yang mempunyai sifat dapat pulih
kembali, namun kemampuan untuk pulih kembali sangat terbatas. Di segi lain
sumber daya terumbuu karang sebagai suumber daya yang bersifat open access atau
milik umur yang dalam pemanfaatannya orang cenderung berlomba-lomba untuk
mengambil sebanyak-banyaknya, tanpa berpedoman pada kaidah-kaidah pelestarian
sumber daya alam ( Dahuri, 2003 ).
1.2 Manfaat dan Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui kondisi terumbu karang di Indonesia.
2. Mempelajari mengenai fungsi dan manfaat terumbu karang).
3. Mengetahui macam-macam terumbu karang
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
terumbu karang.
5. Dapat mengetahui sebab ( sebab kerusakan terumbu karang
yang selama ini terjadi dan dampaknya bagi lingkungan.
6.
Dapat
mengetahui hal ( hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan terumbu
karang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah
suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada
suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme
dan anorganisme.Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem,
organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik
sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup
Kehadiran, kelimpahan
dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat
ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus
berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang
disebut dengan hukum toleransi
2.2 Terumbu Karang
2.2.1.
Pengertian
Terumbu Karang
Thamrin ( 2006 ), mengatakan bahwa menurut bentuknya
terumbu karang dibagi menjadi tiga, ketiga bentuk terumbu karang tersebut
adalah sebagai berikut: fringing reef ( terumbu karang tepi ), barier reef (
terumbu karang penghalang ) dan atoll ( terumbu karang berbentuk cincin atau
melingkar ).
Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif
kalsium karbonat (CaCO3 ) yang
dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu ( karang hermartipik dari
filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxzntellae,
dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi
kalsium karbonat ( Bengen, 2002 ). Menurut Dahuri ( 2003 ), bahwa hewan karang
termasuk kelas Anthozoa, yang berarti hewan berbentuk bunga ( Antho artinya bunga; zoa artinya hewan
). Lebih lanjut dikatakan bahwa Aristoteles mengklasifikasikan hewan karang
sebagai hewan-tumbuhan ( animal plant ). Baru pada tahun 1723, hewan karang
diklasifikasikan sebagai binatang.
Menurut Dahuri ( 2003 ), kemampuan menghasilkan terumbu
ini disebabkan oleh adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis di dalam jaringan
karang hermatifik yang di namakan zooxanthellae. Sel-sel yang merupakan sejenis
algae tersebut hidup di jaringan-jaringan polyp karang, serta melaksanakan
fotosintesis. Hasil samping dari aktivitas fotosintesis tersebut adalah endapan
kalsium karbonat ( CaCO3 ), yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini
akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.
Terumbu karang memiliki peranan sebagai sumber makanan,
habitat biota-biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Nilai estetika yang
dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata dan memiliki cadangan sumber
plasma nutfah yang tinggi. Selain itu juga dapat berperan dalam menyediakan
pasir untuk pantai, dan sebagai penghalang terjangan ombak dan erosi pantai.
Menurut Sawyer ( dalam Dahuri 2003 ), bahwa terumbu karang diidentifikasi sebagai
sumberdaya yang memiliki nilai konservasi yang tinggi karena memiliki
keanekaragaman biologis yang tinggi, keindahan, dan menyediakan cadangan plasma
nutfah.
Eksploitasi sumber daya alam di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestariannya,
berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan hidup di wilayah tersebut,
termasuk terumbu karang. Menurut hasil penelitian Pusat Pengembangan Oseanologi
( P2O ) LIPI yang dilakukan pada tahun 2000 ( dalam Sudiono 2008 ), kondisi
terumbu karang Indonesia 41,78% dalam keadaan rusak, 28,30 % dalam keadaan
sedang, 23,72 % dalam keadaan baik, dan 6,20 % dalam keadaan sangat baik. Hal
ini menunjukkan telah terjadi tekanan yang cukup besar terhadap keberadaan
terumbu karang di indonesia pada umumnya oleh beberbagai ancaman dan
faktor-faktor penyebab kerusakan.
2.2.2. Wilayah
Sebaran Terumbu
karang
Terumbu karang merupakan
ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah
Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan
Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan
Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters 1994 dalam
Suharsono, 1998).
Menurut Patria (2011), penyebaran terumbu karang terbatas
hanya di antara 300 LU dan 300 LS atau daerah tropika dan subtropika dengan
total luas sekitar 617.000 km2. Lautan yang memiliki terumbu karang paling luas
adalah Samudra Pasifik dengan 335.000 km2, kemudian Samudra Hindia (185.000
km2), dan terakhir Samudra Atlantik (87.000 km2). Seperti telah dijelaskan,
bahwa faktor suhu yang menyebabkan penyebaran terumbu karang hanya di daerah
perairan yang panas. Ada tiga pengelompokan keanekaragaman jenis terumbu
karang, yaitu Indo-pasifik, Samudra Hindia dan Karibia (Timur Atlantik).
Patria (2012), selanjutnya mengatakan bahwa di daerah
tropika pantai lautan Atlantik sangat sedikit terdapat terumbu karang. Pada
pantai Atlantik timur (pantai Afrika) terdapat arus dingin yang mengalir
sepanjang pantai menuju utara. Sedangkan pada pantai barat Atlantik (Pantai
Amerika Selatan) terdapat muara sungai-sungai besar yang membuat salinitas dan
kekeruhan air laut tidak sesuai untuk kehidupan karang. Keanekaragaman jenis
karang paling tinggi di perairan Indo-Pasifik dengan 88 genera sedangkan di
Karibia hanya 48 jenis. Tingginya keanekaragaman jenis di Indo-Pasifik terjadi
karena luasnya daerah tersebut dengan percampuran dari jenis Samudra Hindia
2.2.3.
Fungsi Terumbu Karang
Terumbu karang memiliki peranan sebagai sumber makanan,
habitat biota-biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Nilai estetika yang
dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata dan memiliki cadangan sumber
plasma nutfah yang tinggi. Selain itu juga dapat berperan dalam menyediakan
pasir untuk pantai, dan sebagai penghalang terjangan ombak dan erosi pantai.
Menurut Sawyer ( dalam Dahuri 2003 ), terumbu karang diidentifikasi sebagai
sumber daya yang memiliki nilai konservasi yang tinggi karena memiliki keanekaragaman
biologis yang tinggi, keindahan, dan menyediakan cadangan plasma nutfah. Lebih
lanjut dikatakan bahwa oleh Ruinteenbeek ( dalam Sawyer 1992 dalam Dahuri, 2003
) bahwa nilai ekonomi terumbu karang diperkirakan setengah dari nilai ekonomi
hutan tropik basah, yaitu sebesar AS $ 1.500 km2 pertahun.
Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang penting baik
dari segi sosial ekonomi amupun budaya masyarakat yang tinggal di pesisir,
karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di pesisir menggantungkan
hidupnya dari perikanan laut dangkal, yang umumnya menggunakan cara-cara
tradisional dan terbatas dalam mengeksploitasi sumber daya perairan. Suharsono
( dalam Ramli, 2003 ) menyatakan bahwa terumbu karang juga berfungsi sebagai
daerah rekreasi baik rekreasi pantai maupun bawah laut dan juga dapat di
manfaatkan sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta sebagai tempat
perlindungan biota-biota laut.
Banyaknya fungsi dari terumbu karang bagi biota laut yang
hidup di terumbu karang tersebut serta bagi kehidupan manusia menjadikan
terumbu karang sebagai salah satu ekosistem yang harus dijaga kelestariannya.
Dalam menjaga kelestarian terumbu karang tidaklah mudah, karena semakin
berkembangnya zaman maka penggunaan alat tangkap dengan teknologi yang tidak
ramah lingkungan semakin banyak digunakan oleh nelayan karena hanya
mementingkan hasil tangkapan dibandingkan dengan kelestarian alam atau
ekosistem terumbu karang.
Fungsi terumbu karang menurut Nybakken ( 1992 ) merupakan
sumber daya yang sangat tinggi; sebanyak 132 jenis ikan yang bernilai ekonomi
di Indonesia dengan 32 jenis diantaranya hidup pada terumbu karang dan
melindungi pantai dari abrasi dan erosi.
Strukturnya yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga dapat
mencegah rusaknya dua ekosistem perairan dangkal lainnya, seperti lamun dan
mangrove.
2.2.4. Manfaat Terumbu Karang
Di dalam Lampiran Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor: KEP.38 / MEN / 2004 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu
Karang juga di jelaskan secara umum tentang manfaat terumbu karang sebagai
berikut:
1)
Pelindung
pantai dari angin, pasang surut, arus dan badai;
2)
Sumber
plasma nutfah dan keanekaragaman hayati yang diperlukan bagi industri pangan,
bioteknologi dan kesehatan;
3)
Tempat
hidup ikan-ikan, baik ikan hias maupun ikan target, yaitu ikan-ikan yang
tinggal di terumbu karang;
4)
Tempat
perlindungan bagi organisme laut;
5)
Penghasil
bahan-bahan organik sehingga memiliki produktivitas organik yang sangat tinggi
dan menjadi tempat mencari makan, tempat tinggal dan penyamaran bagi komunitas
ikan;
6)
Bahan
konstruksi jalan dan bangunan, bahan baku industri dan perhiasan, seperti
karang batu;
7)
Merupakan
daerah perikanan tangkap dan wisata karang, yang secara sosial ekonomi memiliki
potensi yang tinggi;
8)
Perlindungan
pantai terhadap erosi gelombang.
Manfaat yang terkandung dalam ekosistem terumbu karang
sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat
langsung antara lain sebagai habitat ikan dan biota lainnya, pariwisata bahari,
dan lain-lain. Sedangkan manfaat tidak langsung antara lain sebagai penahan
abrasi pantai dan pemecah gelombang. Terumbu karang adalah salah satu ekosistem
laut yang paling penting sebagai sumber makanan, habitat berbagai jenis biota
komersial, menyokong industry pariwisata, menyediakan pasir untuk pantai dan
sebagai penghalang terjangan ombak dan erosi pantai ( Westmacoot et al 2000
dalam Sudiono 2008 ).
Menurut Nybakken ( 1992 ), manfaat dari terumbu karang
sebagai komoditas ekspor yang bernilai ekonomi tinggi, sebagai sumber ekonomi
wilayah dengan mendirikan pusat penyelaman, restoran hingga penginapan dan
sebagai laboratorium alam penunjang penelitian dan pendidikan.
2.2.5. Tipe
– Tipe Terumbu Karang
Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya
terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe
terumbu karang yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe
tersebut adalah:
1) Terumbu
karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di
mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40
meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam
proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan
adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi
pulau. Pada pantai yang curam,
pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi),
P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2)
Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh
dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan
berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah
perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar
pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang
terputus-putus. Contoh: Great Barrier
Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi
Tengah).
3)
Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi
batas dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat
perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan
proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45
meter. Contoh: Taka Bone Rate
(Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)Namun
demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke
dalam salah satu dari ketiga tipe di atas.
Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:
4)
Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga
sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai
ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau
datar. Umumnya pulau ini akan berkembang
secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan
Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
2.2.6. Faktor-Faktor
Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem terumbu karang
Pertumbuhan terumbu karang dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut :
·
Suhu
Secara global, sebarang terumbu karang dunia dibatasi
oleh permukaan laut yang isoterm pada suhu 20 °C, dan tidak ada terumbu karang
yang berkembang di bawah suhu 18 °C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang
optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 °C, dan dapat menoleransi
suhu sampai dengan 36-40 °C.
·
Salinitas
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan
salinitas air yang tetap di atas 30 ‰ tetapi di bawah 35 ‰ Umumnya terumbu
karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar
teratur dari sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas.
Contohnya di delta sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang
dapat berkembang di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang
salinitasnya 42 %.
·
Cahaya
dan Kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan
proses fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu
yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman
maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang.
Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada
kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.
·
Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan
perairan tinggi berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu
produktivitas perairan yang tinggi pula.
·
Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang
terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami.
Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang memiliki
gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air segar,
oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan pada koloni
atau polip karang.
·
Arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat
positif apabila membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh
karang dan zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan
sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga
berakibat pada kematian karang.
·
Sedimen
Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena
sedimen merupakan faktor pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah
dimana suhu cocok untuk hewan ini.
2.2.7. Penghuni
Terumbu karang
Terumbu
karang merupakan suatu tempat yang dihuni oleh beberapa biota laut seperti :
1)
Tumbuh-
tumbuhan
Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan
yang besar dan beraneka ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan
akuatik. Mereka adalah produsen primer, seperti yang telah diterangkan, mampu
menangkap energi surya dan mnggunakannya untuk menghasilkan gula dan senyawa
majemuk lainnya dengan menyimpan energi.Lamun adalah salah satu vegetasi yang
hidup di sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai perangkap
sedimen.
2)
Avertebrata
Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok-
kelompok utama dari dunia hewan yang sangat penting dalam ekologi terumbu
karang. Filum Cnidaria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur-
ubur dan Anthozoa.
Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang.
Kebanyakkan memiliki ukuran kecil dan tidak kelihatan. Cacing berperan dalam
proses erosi yang dilakukan oleh hewan secara alami, yang disebut bioerosi,
dari batuan kapur menjadi pecahan kapur
sampai ke pasir dengan mliang pada batuan tadi.
Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum
Arthropoda yang hidup dalam terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip,
kepiting, udang, lobster dan udang
karang.
Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus
dengan hewan lain di terumbu karang. Teritip menempel pada beberapa substrat
seperti penyu dan kepiting; udang pembersih dengan beberapa ikan; atau udang
kecil bwarna dengan anemone.
Molusca menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem
terumbu yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir laut.
Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan penting di dalam jaringan makanan
terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga menjadi dasar bagi perdagangan besar
cangkang hias dan penunjang utama perikanan kerang dan cumi- cumi.Echinodermata
adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di terumbu karang dan
padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa saja mulai dari sepon,
teritip, keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain besar terumbu karang dan
memakan alga dan detritus dasar. Mereka mempunyai alami sedikit dan manusia
barangkali yang menjadi pemangsa yang rakus.
3)
Ikan
Karang
Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
a) Ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh
nelayan sebagai ikan konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae,
Lethrinidae;
b) Kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan
sebagai indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan
seperti Famili Chaetodontidae; dan
c) Kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena
peran lainnya belum diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae,
Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae, Apogonidae (Adrim, 1993).
Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang
dan jarang dari ikan-ikan tersebut keluar daerahnya untuk mencari makanan dan
tempat perlindungan. Batas wilayah ikan tersebut didasarkan pada pasokan
makananan, keberadaan predator, daerah tempat hidup, dan daerah pemijahan.
4)
Reptilia
Reptiilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang
hanya dua kelompok yaitu, ular laut dan penyu. Dua klompok ini terancam punah.
Ular ditangkap untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk telurnya.
2.2.8. Faktor-Faktor
yang Merusak Terumbu Karang
Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayati nya
termasuk di laut. Karena Indonesia termasuk negara kepulauan. Saat ini salah
satu ekosistem yang memiliki peranan penting yaitu terumbu karang, kini mulai
rusak. Hal ini disebabkan oleh :
a.
Pengendapan
kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon
yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa kelaut dan menutupi karang
sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh sedimen.
b.
Aliran
air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh
karang, air tawar tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan
ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.
c.
Berbagai
jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber,
diantaranya adalah limbah pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan
perminyakan.
d. Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida
(CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara
global. yang dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi
memutih (bleaching) seiring dengan
perginya zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus
menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
e. Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta
kebocoran dan buangan reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio
aktif tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan
jumlah kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.
f. Cara tangkap yang merusak
Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan
muro-ami, racun dan bahan peledak.
g. Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan
sebagai bahan bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan
meter persegi terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
h. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar
perahu pada terumbu karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang
maupun hempasan rantainya yang sangat merusak koloni karang.
i.
Serangan
bintang laut berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar
pemangsa karang yang permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara
manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni karang, untuk kemudian mencerna dan
membungkus polip-polip karang
dipermukaan koloni tersebut.
2.2.9. Cara
Melestarikan Terumbu Karang
·
Jangan
membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat dari karang atau makhluk laut
lainnya seperti karang yang dikeringkan, ikan buntal yang diawetkan,
kerang-kerang besar dan lainya
·
Jangan
menyentuh, berdiri di atas karang, atau mengumpulkan karang ketika sedang
bermain di laut atau snorkeling
·
Pada
saat menyelam, perhatikan gerakan fin, tabung, dan alat selam lainnya, jangan
sampai membentur karang
·
Jika
kalian memiliki akuarium air laut, pastikan untuk membeli ikan-ikan yang tidak
ditangkap dengan menggunakan racun
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari pembahasan tentang makalah ini adalah:
Terumbu karang merupakan organisme yang sangat peka terhadap perubahan
(perubahan yang terjadi pada lingkungan di sekitar nya, dengan sifat nya
menjadikan organisme ini sangat rentan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh
manusia maupun secara alami. Ekosistem terumbu karang di laut sangat penting.
Karena terumbu karang merupakan tempat hidup dan tempat mencari makan dari
berbagai jenis ikan yang ada di laut. Terumbu karang juga menjaga kelestarian
dari luat, bila terumbu karang rusak maka ekosistemnya akan rusak.
Pemulihan
terumbu karang yang rusak sangatlah lama memerlukan waktu ratusan taun untuk
menumbuhkan terumbu karang agar dapat menjadi tempat yang baik untuk hidup
ikan. Kelakukan buruk yang dilakukan manusia mengancam ekosistem terumbu
karang. Banyak yang dilakukan oleh manusia yang merusak terumbu karang, mereka
tidak sadar bahwa apabila terumbu karang rusak maka laut sebagi sumber mata
pencarian mereka juga akan ikut rusak.
Beberapa faktor yang menyebabkan rusak nya terumbu karanga adalah,
sedimentasi, penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan sianida,pengumpulan
dan pengerukan,pemanasan global,
pencemaran perairan laut dan tata kelola tempat eisata bahari yang tida lestariBeberapa
upaya yang dilakukan dalam usaha pemulihan terumbu karang diantaranya adalah zonasi,
rehabilitasi, peningkatan ikan karang dan mengurangi alga hidup yang bebas
3.2 Saran
Saran untuk kegiatan yang dapat dilakukan
untuk menjaga ekosistem terumbu karang adalah :
1) Perlu
di tingkatkan kesadaran masyarakat, khususnya yang berada di daerah pesisir
pantai
2) Tidak
membuang sampah sembarangan
3) Pemerintah arus lebih tegas dalam menegakkan
hokum
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri dkk. 2001. Pengelolaan Sumber
Daya Pesisir dan Lautan secara Terpadu.
PT.Pradnya Paramita. Jakarta
English,S.,C. Wilkinson dan V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine.
Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology.
John Filley & Sons.Whhichester
Nybakken, 1994. Biologi Laut Sebagai
Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : Gramedia
Thamrin. 2006. Karang : Biologi
Reproduksi & Ekologi. Pekanbaru. Minamandiri Pres.
Yulianda, Ferdinan. 2003. Pengelolaan
Terumbu Karang Di Kawasan Wisata Bahari. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Comments
Post a Comment