SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN - PABRIK GONDORUKEM DAN TERPENTIN ( PGT )
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
SILVIKULTUR HUTAN
TANAMAN
TENTANG
PABRIK GONDORUKEM DAN
TERPENTIN ( PGT )
Oleh:
Zainal
Abidin 201410320311045
JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2016
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan akhir silvikultur hutan tanaman ini dengan tepat waktu.
Laporan resmi ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan resmi ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Malang, Desember 2016
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Pabrik
pengadahan hasil sadapan getah pinus merupakan lokasi yang sangat penting untuk
menghasilkan produk yang berkualitas. Pabrik merupakan lokasi pengolahan bahan mentah
menjadi hasil industri. Hasil dari pengolahan getah dari lapang adalah
gondoruken dan terpentin. Proses pengolahan getah pinus dipabrik gondorukem dan
terpentin (PGT), bahan baku utamanya adalah berupa getah pinus yang dikumpulkan
dari berbagai tempat seperti tempat pengumpulan getah pinus (TPG). Proses
pengolahan getah menjadi gondorukem pada umumnya dengan pemurnian getah dari
kotoran dan pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara destilasi.
Pengolahan getah pinus untuk menjadi
gondorukem dan terpentin melalui proses yang panjang. Dalam pabrik getah dan
terpentin terdapat beberapa tahapan untuk pengolahan. Pengolahan tersebut
diproses melalui penerimaan dan pengujian bahan baku, pengenceran, penyaringan,
pemasakan, dan pengujian/pengemasan. Proses tersebut dimaksimalkan untuk
mendapatkan hasil produksi yang berkualitas, pemasakan tersebut dilakukan
dengan cara menggunakan uap untuk dapat memisahkan kotoran yang taerdapat dengan
lebih mudah. Gondorukem merupakan hasil olahan getah-getah pinus dalam bentuk
padatan. Sedangkan terpentin merupakan hasil sampingan pengolahan gondorukem
yang berupa cairan.
Pabrik pengolahan getah memiliki
beberapa kegiatan dalam upaya produksi. Pengolahan tersebut mulai dari
pemisahan getah dengan kotoran dan air hingga pemasakan gondorukem dan minyak
terpentin. Kebersihan dan alat yang memadai akan membentuk dalam penghasilan
produksi yang berkualitas. Pengujian dan pengemasan gondorukem dan terpentin
merupakan hasil destilasi atau penyulingan dari getah pinus. Gondorukem berupa
padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua. Sedangkan terpentin berbentuk
cair dengan warna jernih serta merupakan pelarut yang kuat. Pada umumnya
gondorukem digunakan untuk bahan cat, sedangkan terpentin untuk bahan pembuatan
sabun mandi dan parfum. Maka dari itu pembelajaran proses pengolahan getah
menjadi sangat penting bagi mahasiswa kehutanan.
1.2.Tujuan
Adapun
tujuan pada praktikum ini adalah
·
Untuk mengetahui manfaat dari getah
pinus
·
Untuk mengetahui proses pengolahan getah
pinus menjadi gondorukem dan terpentin
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Hasil hutan non
kayu adalah bahan-bahan atau komoditas yang didapatkan dari hutan tanpa harus
menebang pohon. Hasil hutan non kayu dapat berupa getah, minyak, madu dan
lainnya yang merupakan hasil hutan non kayu. Pohon yang dapat diambil sebagai
hutan non kayu adalah pinus yang diambil getahnya dan kayu putih yang diambil
daunnya untuk diambil minyaknya dan lainnya. (Waluyo.2009)
Pemebersihan
getah pinus sebelum dilakukan pengolahan sangat diperlukan untuk dilakukan. Hal
tersebut dikarenakan adanya kotoran benda lain yang tercampur didalam getah
pinus sehingga dapat mempengaruhi kualitas getah dan hasil produksi.
Penampungan getah drum terbuat dari besi sehingga akan mampu merubah warna
getah karena sifat getah yang bersifat asam dan pada akhirnya dapat menentukan
kualitas. (Sutanto.2001)
Pelaksanaan
pengolahan gondorukem diperlukan adanya pengawasan dan ketelitian yang seksama.
Hal tersebut agar dapat menghindari menurunnya kualitas gondorukem seperti
warna yang bisa menjadi gelap, tidak masak sempurna, lebih rendah dan tidak
rapuh. Sehingga hasil produksi yang di hasilkan dapat berkualitas tinggi dan
dapat menjadikan bahan yang baik. (Soegeng.1985)
Terpentin adalah minyak yang
diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Oleh karena
sifatnya yang khusus maka minyak terpentin banyak digunakan baik sebagai bahan
pelarut ataupun sebagai minyak mengering. Terpentin merupakan bagian
hidrokarbon yang mudah menguap dari getah pinus. Hidrokarbon ini dipisahkan
dari bagian yang tidak menguap (gondorukem) melalui cara penyulingan.
Berdasarkan sumber bahan bakunya ada 3 jenis terpentin, yaitu terpentin getah
(gum turpentin), terpentin kayu (wood turpentin), terpentin sulfat (sulphat
turpentin).
BAB
III
METODOLOGI
KERJA
3.1.
Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan adalah
Hari/tanggal: Selasa 29 November 2016
Waktu : 15.30-Selesai
Tempat : PGT
Garahan BKPH Sempolan KPH Jember
3.2.
Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah
Alat:
·
Alat tulis
·
Kamera
·
kuisioner
Bahan:
·
Pabrik pengolahan getah
3.3.
Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah
1. Mendengarkan
ceramah dari pemateri
2. Melakukan
tanya jawab pada pemateri
3.4. Metode Pengambilan Data
Adapun metode
pengambilan data yang dilakukan adalah
1. Bertanya
langsung pada pemateri
2. Melakukan
diskusi
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktikum ini didampingi oleh bapak
muklisin dan mendapatkan beberapa informasi diantaranya.
PGT didirikan
pada tahun 1978 berada di bawah tegakan pinus petak 9 RPH Garahan BKPH Sempolan
KPH Jember, 25 km dari jalan raya Garahan dan 55km dari kota jember. Karena
lokasi pabrik yang kurang strategis, maka pihak perhutani bekerjasama dengan
konsultasi fakultas kimia Istitut Teknologi Surabaya untuk merencanakan pembangunan
pabrik yang baru pada tahun 1986 dan telah memiliki 3 akte izin pembangunan
perusahaan. Pembangunan selesai pada tahun 1982 yang berada di petak 5b RPH
Garahan dengan ketinggian 550 mdpl, yang disusun oleh direktur perum perhutani
pada tanggal 19 juni 1982 dengan luas bangunan 3,5 Ha dan luas keseluruhan 5
Ha. Adapun kapasitas terpasang maksimal 16.500 ton getah per tahun dengan
sistem pengolahan destilasi.
Alur pengolahan,
getah pinus yang masuk dari beberapa daerah, seperti dari lokasi KPH Jember
yang diambil sample 10% dari total setoran untuk diuji kebersihan dan warna
getah mentah. Untuk getah yang berwarna kecoklatan dan kurang baik masuk ke bak
1 dan 2. Sedangkan untuk getah yang berwarna putih dan baik masuk ke bak 3 dan
4. Bak getah berfungsi untuk menampung getah dan pemisahan getah mutu.
Selanjutnya getah dialirkan ke talang getah dengan kapasitas 2.500 L. Untuk
sekali produksi membutuhkan 5.000 L getah pinus. Selanjutnya getah masuk ke
tangki melter untuk dilakukan pengenceran getah dan ditambah terpentin 900-1100
L dengan suhu tangka 80-90C selama 15 menit. Kemudian
diendapkan sampai getah terpisah dengan kotorannya. Selanjutnya getah dicampur
dengan asam oksalat 1-2 kg/ton getah dan pencucian larutan dengan air pada
tangka mixer. Asam oksalat berfungsi mempercepat pengendapan pasir dan Fe. Lama
waktu getah di tangki mixer adalah 5-10 menit. Kemudian didiamkan selama 5-10
menit hingga kotoran kasar mengendap dan terpisah dengan getah. Kemudian getah
dimasukkan ke tangki scrubing. Perlakuannya sama dengan pada tangka mixer namun
tidak ada penambahan asam oksalat. Pencucian akhir dan pemisahan kotoran halus
berada di tangka washer dan juga diendapkan 5 – 10 menit. Lalu getah bersih
masuk ke tangka stock tank dan melewati filter bath untuk menyaring kotoran.
Fungsi stok tank adalah untuk menampung kotoan getah bersih dan pengendapan
akhir larutan getah.getah masuk ke tangka pemaasak dan dilakukan pemanasan
dengan open steam 1,5 kg/cm dengan close steam 7-9 kg/cm. pemasakan ini
dilakukan pada 5 ton getah. Suhu yang digunakan adalah 170°C selama 2 jam. Pada
pemasakan ini menghasilkan dua produk yaitu gondorukem dan terpentin. Untuk
uapa air dan terpentin masuk ke tangki kondensor untuk memisahkan terpentin dan
air. Untuk gondorukem masuk ke tangki tuang gondorukem sebelum diisi pada drum
atau tangka gondorukem yang berkapasitas 240 kg. setelah itu gondorukem diuji
laboratorium dengan uji lovibond dan dengan alat digital likometer untuk
menentukan kualitas gondorukem dari segi warna.
Mutu gondorukem dibagi menjadi empat
yaitu :
1. Mutu utama (X) atau REX
Memiliki warna yang paling jernih
2. Mutu Pertama (WW/Water White)
Untuk warna yang beningnya seperti air
3. Mutu kedua (WG/water Glass)
Untuk warna yang bening
4. Mutu ketiga (N/Nancy)
5. Untuk gondorukem dengan warna kuning
ke coklatan.
Mutu
gondorukem dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu warna yang jernih, softening point dan kadar kotoran. Semakin gondorukem
memenuhi beberapa aspek tersebut maka gondorukem semakin berkualitas.
Terdapat
kriteria antar gondorukem dan terpentin. Berikut ini adalah kritaria dari
masing masing.
·
Untuk Gondorukem
1. Titik
lunak/softening point = 78 -
82°C
2. Warna
/ colour = X
– WG
3. Kadar
kotoran / Impurty = 0,02 % -
0,04 %
4. Bilangan
asam / Acid value = 160 – 190
5. Bilangan
penyabunan = 170 – 220
6. Kadar
abu =
0,01 % - 0,04 %
·
Untuk terpentin
1. Berat
jenis =
0,848 – 0,865
2. Indeks
bias =
1,464 – 1,478
3. Warna =
jernih
4. Kadar
alfa =
80 % - 85 %
5. Titik
nyala =
33 – 38 °C
Mutu
terpentin ditentukan berdasarkan berat jenkis terpentin.
Berat jenis yang baik adalah 0,85. Jika lebih dari itu maka masih ada campuran
air pada larutan terpentin tersebut. Selain itu, variable kejernihan juga
digunkan sebagai penentu mutu terpentin. Terpentin yang baik berwarna jernih.
Kapasitas
produksi per hari sebanyak 60 ton getah. Setelah dilakukan pengolahan hanya 80
– 87 % yang menjadi produk jadi. 13 % lainnya merupakan kotoran. Pemasaran
dlakukan kepada mitra dan ekspor hingga ke eropa yaitu ke prancis dan belanda.
Getah
pinus yang menjadi bahan baku di PGT berasal dari KPH probolinggo, Jember,
Bondowoso, Banyuwangi Barat, Banyuwangi Selatan dan Banyuwangi Utara.
Kendala
yang dihadapi berupa keterbatasan bahan baku pada musim penghujan. Sehingga
terdapat hari dimana pabrik tidak dapat beroperasi
Sebelumnya dilakukan pengujian mutu gondorukem dengan
menggunakan alat licometer dan lovibond. Licometer merupakan
alat penguji digital dengan menggunakan metode gardner. Pada alat penguji ini
gondorukem dicampur dengan toke oil untuk melarutkannya. Semakin banyak toke
oil yang dicampurkan maka akan semakin baik kualitasnya namun hasilnya menjadi
tidak valid. Sedangkan livibond adalah alat penguji warna untuk gondorukem.
Untuk pengujian titik leleh pada gondorukem dilakukan pengujian dengan
menggunakan softening point. Alat ini digunakan untuk mengetahui pada suhu
berapa gondorukem akan leleh.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
pelaksanaan praktiku ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pabrik
gondorukem dan terpentin merupakan lokasi pengolahan getah pinus mentah hingga
menghasilkan gondorukem dan terpentin.
2. Proses
pengolahan getah hingga menjadi produk jadi melalui alur diantaranya pemisahan
kotoran hingga pemasakan dan pengujian serta pengemasan.
3. Gondorukem
yang baik bermutu X dengan indicator angka 5,1 – 6,0.
4. Terpentin
terbaik memiliki mutu A yaitu berwarna putih jernih dan memiliki berat jenis
0,85
5. Getah
berasal dari KPH probolinggo, Jember, Bondowoso, Banyuwangi Barat, Banyuwangi
Selatan dan Banyuwangi Utara.
6. Gondorukem
dan derivatnya digunakan untuk membuat resin sintetis, plastic, lem, aspal,
bahan pliitur, lak sintetis, industry sepatu, galangan kapal, dll.
7. Terpentin
dapat digunakan untuk pelarut cat, parfum, kosmetik dll
5.2 Saran
Dengan sarana dan prasarana yang memadai dan
mendukung akan mempengaruhi hasil produksi. Maka dari itu perlu dilakukan
perawatan dan menjaga dan kebersihan pabrik
DAFTAR
PUSTAKA
SoeSSoegeng.1985. Pengolahan Getah Pinus. Perum
Perhutani. Jakarta
SutaSutanto.2001. Pengolahan Gondorukem. Perum
Perhutani KPH Lawu. Karanganyar
WalWaluyo.2009. Pabrik Dan Produksi. Rineka
Cipta. Surabaya
LAMPIRAN
Comments
Post a Comment